Video: Warga RI! Ada Bantuan Beras 10 Kg di Januari-Februari 2025
KOMPAS.com - Bank Dunia menyebutkan, harga beras di Indonesia 20 persen lebih mahal dibandingkan harga beras di pasar global.
Harga beras di Indonesia juga disebut-sebut konsisten paling mahal di kawasan ASEAN.
Ironisnya, pendapatan rata-rata petani lokal justru dinilai tidak sebanding dengan melonjaknya harga beras.
Hasil Survei Pertanian Terpadu, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pendapatan rata-rata petani kecil di Indonesia kurang dari 1 dollar AS atau sekitar Rp 15.199 per hari.
Artinya, pendapatan petani lokal hanya mencapai 341 dollar AS atau Rp 5,2 juta per tahun.
Catatan Bank Dunia menunjukkan, hanya 31 persen penduduk Indonesia yang mampu mendapatkan makanan sehat lantaran sulit membeli makanan bergizi seperti daging, telur, ikan, dan sayuran.
Lantas, mengapa harga beras di Indonesia mahal tetapi pendapatan rata-rata petani rendah?
Baca juga: Harga Beras Premium dan Medium per 1 Maret 2024, Ini Rinciannya
Pengembangan Infrastruktur
Apa yang menjadi penyebab kenaikan harga tanah di daerah sekitar? Tentunya tidak terlepas dari pembangunan dan pengembangan infrastruktur.
Konsultan properti Colliers Indonesia pernah menyatakan setelah kehadiran MRT Jakarta, LRT Jakarta, atau ruas jalan tol biasanya langsung menaikkan harga permintaan rumah atau tanah.
Tidak pelak lagi kalau investor juga berperan dalam kenaikan harga rumah. Hal ini terkait dengan investasi properti yang mendatangkan cuan.
Berapa persen kenaikan harga rumah per tahun? Menurut Sekretaris Jenderal Real Estate Indonesia (REI) Hari Gania, kenaikan bisa mencapai 5% per tahun.
Nah, itulah sejumlah alasan kenapa harga rumah mahal. Ternyata, ada sederetan faktor yang ikut berpengaruh kepada nilai hunian.
Jika kamu berencana membeli rumah baru atau bekas melalui KPR (Kredit Pemilikan Rumah), jangan lupa mengecek skor kredit pada aplikasi Skorlife.
Jangan lewatkan sejumlah konten menarik lainnya dari blog Skorlife yang dapat menyajikan panduan mengenai pengaturan keuangan, investasi, dan lainnya.
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga beras terus melambung setidaknya dalam 1-2 pekan terakhir, bahkan beberapa kali memecahkan rekor. Hal ini terjadi bukan hanya pada beras premium, tetapi juga beras medium.
Berdasarkan data Panel Harga Badan Pangan, pada Minggu (25/2/2025) harga beras premium turun Rp390 ke Rp15.870 per kg. Meskipun telah meninggalkan titik tertingginya, harga tersebut masih tergolong tinggi. Sementara itu, beras medium naik Rp170 ke Rp14.390 per kg.
Harga tersebut sudah jauh melampaui harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah.
Sebagai informasi, berdasarkan Peraturan Badan Pangan Nasional No 7/2023, HET beras berlaku sejak Maret 2023 adalah Rp. 10.900/kg medium, sedangkan beras premium Rp 13.900/kg untuk Zona 1 yang meliputi Jawa, Lampung, Sumsel, Bali, NTB, dan Sulawesi. Sementara, HET beras di Zona 2 meliputi Sumatra selain Lampung dan Sumsel, NTT, dan Kalimantan dipatok Rp 11.500/kg medium dan beras premium Rp 14.400/kg. Sementara di zona ke-3 meliputi Maluku dan Papua, HET beras medium sebesar Rp 11.800/kg, dan untuk beras premium sebesar Rp 14.800/kg.
Deputi I Bidang Ketersediaan dan Stabilisasi Pangan Badan Pangan Nasional (Bapanas) I Gusti Ketut Astawa menyebut faktor perubahan iklim yang tidak menentu jadi penyebab tanaman padi petani gagal, hingga menyebabkan harga beras di pasaran menjadi naik.
"Kemarin waktu kita (Bapanas) ke lapangan, ke daerah Grobogan dan lain sebagainya, itu ada 3 ribu hektare (sawah) tergenang banjir. Ternyata, pas hujan kencang dia kencang banget hujannya, akhirnya banjir," kata Ketut kepada CNBC Indonesia, dikutip Minggu (25/2/2024).
"Ini ada potensi gagal. Mudah-mudahan tidak gagal ya, tapi ada potensi yang harus kita waspadai. Itu kan petani mengeluarkan ongkos yang lebih juga. Sementara di tempat lain agak tinggi, di tempat lainnya agak rendah hujannya. Nah ini efek gorila El Nino kita katakan. Dampaknya ini sudah mulai dirasakan petani," ujarnya.
Meski begitu, Ketut menambahkan, pihaknya tetap mengacu kepada Kerangka Sampel Area (KSA) BPS, yang menyatakan bulan pada Januari-Februari 2024 ini, produksi padi masih akan minus dari kebutuhan.
"Artinya memang Januari-Februari itu memang kita agak lumayan koreksinya," tutur dia.
"Namun, di bulan Maret menurut prediksi KSA BPS kita produksinya sudah sekitar 3,5 juta ton beras. Jadi ini akan terjadi surplus. Harapan kita habis Maret, April, Mei, Juni juga terjadi surplus. Kalau itu terjadi, maka mulai lah akan terjadi penyesuaian atau koreksi harga yang ke bawah," ujar Ketut.
Di sisi lain, harga gabah juga terpantau naik. Harga Gabah Kering Panen (GKP) sekarang ini sudah di Rp7.500 per kg, bahkan ada yang sampai Rp8.000 per kg. Kemudian, Gabah Kering Giling (GKG) sudah ada yang Rp8.200-Rp8.500 per kg.
"Jadi kalau GKP maupun GKG dengan harga segitu, gampangnya dikali 2 saja, dikali 2 memang akan menghasilkan segitu harga (berasnya), nggak jauh dari situ," kata Ketut kepada CNBC Indonesia.
Ketut menuturkan, setelah berkoordinasi dengan Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) dan pemangku kepentingan lainnya, harga GKP/GKG menjadi tinggi itu disebabkan karena produksinya yang memang sedikit terkoreksi, imbas dari El Nino yang panjang.
"Ada beberapa petani kita yang jadi gagal panen. November atau Desember dia tanam tapi besoknya kering, akhirnya dia ngulang tanam. Dan itu pun berdasarkan KSA BPS, memang ada koreksi sedikit terkait dengan produksinya," tuturnya.
"Nah yang selanjutnya, penyebab GKP tinggi juga adalah sewa lahan yang sudah naik. Dulu dapat Rp3 juta sekarang nggak dapat, sudah Rp12 jutaan," lanjut Ketut.
Dan, kondisi itu diperparah harga pupuk yang naik, akibat perang yang terjadi di Ukraina.
"Itulah yang menyebabkan GKP/GKG nya naik. Kalau GKP/GKG naik, maka sudah pasti harga beras juga naik," pungkasnya.
Saksikan video di bawah ini:
Penyebab beras mahal tapi pendapatan petani rendah
Ahli ekonomi Universitas Pasundan (Unpas) Acuviarta Kartabi mengatakan, ada dua faktor yang menyebabkan pendapatan petani di Indonesia tidak sebanding dengan harga jual beras.
Penyebabnya yaitu biaya produksi yang sangat mahal dan rantai distribusi beras yang terlalu panjang.
"Pertama persoalannya biaya produksinya yang mahal dan terus meningkat. Jadi mulai dari pupuk, pestisida sampai bibit itu cenderungnya naik dan mahal," kata dia, saat dihubungi Kompas.com melalui sambungan telepon WhatsApp, Senin (23/9/2024).
Menurut Acuviarta, sering kali barang yang dibutuhkan oleh petani seperti pupuk untuk proses menghasilkan beras tidak tersedia atau langka.
Alhasil, petani harus merogoh kocek cukup dalam untuk mendapat barang tersebut.
"Padahal pemerintah sudah memberikan subsidi pupuk. Nah ini juga perlu dievaluasi dari sisi produksinya," ungkap Acuviarta.
Di sisi lain, kesejahteraan petani juga tidak signifikan. Acuviarta menyampaikan hal itu bisa dilihat dari nilai tukar petani di mana biaya produksi yang ditanggung petani sangat besar.
Belum lagi, petani juga harus mengeluarkan biaya-biaya terkait dengan konsumsi rumah tangga tani yang terus meningkat.
"Biaya produksi yang meningkat itu tidak sebanding dengan pendapatan yang harusnya mengikuti daya beli petani," kata dia.
Logam mulia yang sangat langka
Dibandingkan dengan jenis logam lainnya, emas merupakan jenis logam yang sangat langka. Para penambang harus menggali hingga ke perut bumi untuk menemukan logam mulia ini.
Selain itu, pertambangan emas juga belum terlalu banyak. Diketahui, hanya 45 negara yang mempunyai tambang emas dan salah satunya adalah Indonesia.Biaya yang dikeluarkan untuk mengolah emas juga tidak sedikit. Maka dari itu, masuk akal apabila ketersediaan emas batangan murni masih terbatas dan harganya sangat mahal.
Pernahkah kalian berpikir mengapa harga segelas latte ataupun espresso saat ini semakin mahal? Padahal, Indonesia tercatat sebagai negara penghasil kopi terbesar ketiga di dunia pada 2022/2023 yang telah memproduksi kopi sebanyak 11,85 juta kantong, lho.
Meski Indonesia adalah salah satu negara penghasil kopi terbesar di dunia, tetapi terdapat beberapa faktor yang membuat harga kopi saat ini semakin melambung tinggi, nih. Berikut sederet alasan mengapa harga kopi sangat mahal. Kira-kira kenapa, ya?
Rantai distribusi yang panjang
Masalah kedua yang menyebabkan pendapatan petani rendah di tengah harga beras Indonesia yang mahal adalah rantai distribusi beras dari produsen ke konsumen cukup panjang.
Hal ini mempengaruhi harga jual beras yang semakin tinggi.
"Kami menilainya dari MPP atau margin pengangkutan dan perdagangan yang dipublish oleh BPS. Untuk beras MPP-nya cukup besar, bisa bisa mencapai lebih dari 40 persen dari harga di pasar bahkan kadang-kadang lebih," kata Acuviarta.
Rantai distribusi yang sangat panjang ini menyebabkan harga beras di tingkat konsumen akhir itu tidak mencerminkan tingkat kesejahteraan petani.
Baca juga: Daftar Harga Sembako per Awal Mei 2024, Beras Terendah di Jawa Tengah
Ekonom sekaligus Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira Adhinegar mengatakan, faktor berikutnya yang menyebabkan harga beras tinggi tapi pendapatan petani rendah adalah praktik tengkulak.
Praktik tengkulak beras hingga saat ini masih marak terjadi di mana mereka akan membeli gabah dengan harga rendah sebelum panen.
"Petani yang terjebak pada praktik tengkulak tidak bisa berbuat banyak bahkan saat harga gabah naik, karena yang menikmati marjin adalah tengkulak," ungkap Bhima, dihubungi Kompas.com, Senin.
Penyebab lainnya adalah keterbatasan lahan untuk bertani padi sehingga mengurangi produksi gabah yang dihasilkan.
Bhima menyampaikan, idealnya petani akan memperoleh skala ekonomi apabila lahan yang dikelola minimum 2 hektar. Namun, saat ini sebagian besar hanya menggarap sawah di bawah 0,8 hektar.
Baca juga: Beda Dugaan Penyebab Harga Beras Mahal dan Langka Jelang Pemilu 2024
Penawaran dan permintaan
Masalah penawaran dan permintaan juga dapat memengaruhi harga kopi, lho. Penawaran dan permintaan kopi, seperti komoditas perdagangan lainnya, rentan terhadap pergerakan pasar yang cukup besar.
Saat tren kopi baru muncul dan digemari, permintaan dapat meningkat dalam waktu yang sangat cepat. Selama pasokan bisa memenuhi permintaan, dampak finansial dari tren ini cenderung tidak diperhatikan.
Tetapi dengan tren ini, sebagian besar kedai kopi umumnya akan membuat secangkir kopi dibanderol dengan harga yang begitu tinggi. Ini merupakan momentum bagus bagi penjual untuk mendapatkan keuntungan lebih.
Bagaimana menurut kalian, nih? Meski Indonesia merupakan salah satu negara penghasil kopi terbesar di dunia, namun beberapa faktor dapat memengaruhi kualitas kopi sehingga para petani perlu melakukan perawatan atau mengeluarkan biaya bisnis lebih banyak.
Baca Juga: 7 Kebiasaan Minum Kopi yang Bisa Berbahaya bagi Kesehatan
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjelaskan alasan harga beras di Indonesia mahal hingga disebut tertinggi di kawasan ASEAN.
Menurut Jokowi, alasannya adalah Indonesia masih mengimpor beras. Impor tersebut membuat adanya biaya tambahan yang harus dikeluarkan dengan skema Free on Board (FOB).
Ia menjelaskan bila dihitung harga dengan skema FOB tersebut sudah cukup mahal. Harga beras FOB sendiri besarannya sekitar US$530-US$600 per ton atau sekitar Rp8 juta-Rp9 juta per ton.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam skema FOB sendiri, Indonesia sebagai importir harus membayar harga distribusi dari pelabuhan tempat masuknya beras ke gudang distribusi besar untuk pembeli.
Biaya distribusi atau cost freight-nya sendiri dipaparkan Jokowi mencapai US$40 per ton atau sekitar Rp606 ribu per ton.
Dengan biaya tersebut, Jokowi menyebut artinya, per tonnya harga beras impor bisa berkisar di antara Rp8,6 juta-Rp9,6 juta per ton. Nah, bila dihitung per kilogramnya, harganya sekitar Rp 8.600-9.600 per kilogram.
"Coba dilihat harga beras FOB itu berapa? Kira-kira US$530-US$600, ditambah cost freight kira-kira US$40-an, dihitung berapa. Kalau bandingkan itu mestinya di konsumen itu akan kelihatan," kata Jokowi dalam video yang diunggah melalui kanal YouTube Sekretariat Presiden, Kamis (26/9).
Dia juga menyinggung harga gabah yang tadinya Rp4.200 per kg kini sudah naik menjadi Rp6.200. Dari harga tersebut, Jokowi mengatakan publik sudah bisa melihat Nilai Tukar Petani (NTP).
"Mestinya kalau harga beras baik, artinya harga gabah juga baik. Kalau harga gabah baik, artinya harga jual petani juga mestinya baik, kalau tidak ada distorsi di lapangan," ujarnya.
Sebelumnya, Bank Dunia menyebut harga beras Indonesia mahal. Kepala Perwakilan Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor Leste Carolyn Turk menyebut harga beras di Indonesia 20 persen lebih mahal dibanding di pasar global. Harga beras di Indonesia, katanya, juga konsisten tinggi di Asean.
Para pembeli properti dan investor harus mengetahui sejumlah alasan kenapa harga rumah mahal, harganya naik dari tahun ke tahun.
Bagi kamu yang berencana membeli rumah pertama, mungkin saja kaget kalau mengetahui harga hunian memang mahal.
Coba cek harga rumah di situs properti Rumah123.com, kamu akan menemukan hunian tipe 36/60 dengan banderol Rp500 jutaan.
Mungkin beberapa tahun lalu, harga rumah tipe yang sama masih Rp400 jutaan dan bisa jadi harganya masih terjangkau.
Namun, jangan salah ada sejumlah hal yang membuat harga hunian terus meningkat dari tahun ke tahun sehingga sulit disaingi kenaikan penghasilan.
Blog Skorlife akan membahas sederetan penyebab hal ini dengan merangkum berbagai sumber media online seperti Sindonews.com, Okezone.com, Panangianschool.com, dan lainnya.
Kenaikan Harga Material Bangunan dan Lainnya
Laman Kompas.com pernah melansir kalau industri properti terkait dengan 185 sub sektor mulai dari semen, lantai, hingga furnitur.
Bayangkan kalau satu harga bahan material naik, maka hitung saja ongkos pembangunan rumah yang tentu ikut terdongkrak.
Peningkatan kualitas
Sudahkah kalian mengetahui berapa biaya yang dikeluarkan untuk membangun perkebunan kopi? Bercocok tanam kopi bukanlah hal yang main-main karena ini membutuhkan investasi finansial dan temporal yang signifikan.
Sebagai permulaan, petani kopi harus membeli pupuk dan pestisida yang sesuai. Selain itu, mereka juga harus melatih tenaga kerja mereka soal penanaman, pemupukan, penyiangan, hingga pemanenan biji kopi yang selektif.
Tak hanya itu saja, petani juga harus menunggu lebih dari setahun untuk memanen biji kopi. Mereka juga harus mengetahui ketinggian tempat tumbuh, komposisi tanah, dan varietas kopi yang ditanam untuk menghasilkan yang berkualitas.
Biaya tenaga kerja
Menanam kopi yang berkualitas membutuhkan banyak kerja keras. Bahkan yang terjadi di lapangan, penanaman, pemupukan, penyiangan, dan pemanenan biji kopi yang dilakukan secara manual melibatkan cukup banyak tenaga kerja.
Yang lebih rumit lagi, biji kopi umumnya matang pada tingkat yang berbeda sehingga akan memerlukan pemanenan yang cukup selektif. Maka dari itu, cara ini akhirnya menyebabkan peningkatan biaya tenaga kerja bagi pemiilik kebun.
Selain itu, sebagian besar perkebunan kopi terdapat di daerah tropis yang termasuk dalam wilayah berkembang sehingga perekonomiannya kurang stabil, lho. Negara penghasil kopi terbesar di Asia Tenggara salah satunya adalah Indonesia.
Petani kopi maupun koperasi di negara-negara ini acap menanggung sebagian besar biaya kopi, termasuk tenaga kerja. Bahkan faktanya, kebanyakan pemilik kebun hanya menerima sedikit subsidi pemerintah yang menyebabkan biaya bisnis meningkat.
Rantai pasokan kopi juga sangat panjang sebelum menjadi segelas americano atau latte, lho. Rantai ini membentang dari perkebunan kopi di Afrika, Asia, Amerika Tengah maupun Selatan hingga sampai ke toko kelontong atau kedai kopi di sekitar kita.
Setelah dipanen, biji kopi melewati beberapa proses yang tak mudah, termasuk pencucian, pengeringan, pemilihan kualitas, pengemasan, dan pengiriman. Sebagian besar konsumen berada di negara-negara Barat, sehingga biaya logistik bisa sangat tinggi.
Terlebih, biji kopi dikirim melalui beberapa persayatan. Paket yang dikirim harus mematuhi aturan dan tarif yang disesuaikan dengan aturan perdagangan internasional. Pada akhirnya, faktor-faktor inilah yang menaikkan harga rata-rata di kedai kopi.
Baca Juga: 10 Jenis Kopi yang Sering Dijumpai di Coffee Shop Indonesia
Lanjutkan membaca artikel di bawah
Meski subur di wilayah tropis, tetapi proses pemanenan kopi rentan terhadap perubahan iklim. Bahkan perubahan pola curah hujan, peningkatan suhu, hama serta penyakit dapat memengaruhi kualitas hasil panen.
Tentunya, perubahan iklim tersebut bisa menyebabkan kelangkaan yang akan berdampak pada kenaikan harga rata-rata biji kopi di pasar global, nih. Sebab, pemilik kebun akhirnya akan mengeluarkan lebih banyak biaya bisni.
Peningkatan biaya bisnis ini dilakukan oleh pemilik kebun untuk memastikan hasil panen bagus sehingga menghasilkan biji kopi dengan kualitas yang lebih baik. Itulah sebabnya, petani secara terpaksa akan menaikkan harga jual karena situasi ini.